13 November 2024
Sejumlah analis menilai, pernyataan bersama Presiden Prabowo Subianto dan Presiden China Xi Jinping tentang kesepahaman untuk pengembangan bersama wilayah maritim yang berada dalam klaim tumpang tindih akan menaikkan moral Beijing untuk mendesak negara-negara pengklaim mengikuti jejak Indonesia. Peluang untuk mengembalikan posisi Indonesia seperti semula akan sangat sulit. Pemerintah Indonesia harus memberi penjelasan yang terang benderang soal pernyataan tersebut.
Direktur Eksekutif Synergy Policies Dinna Prapto Raharja mengatakan, negara-negara ASEAN berpotensi bereaksi atas pernyataan tersebut meski tidak frontal. Yang harus diwaspadai adalah dampaknya terhadap ASEAN secara keseluruhan, terutama karena negara-negara ASEAN memperjuangkan UNCLOS sebagai fondasi dalam setiap persoalan menyangkut Laut China Selatan. Ini termasuk negosiasi Kode Perilaku (CoC) di Laut China Selatan yang telah berlangsung lebih dari satu dekade. ”Pernyataan itu secara tidak langsung memperkuat kenyataan bahwa ASEAN hanya kulitnya. Secara substansi, (ASEAN) tidak ada maknanya. Ini seharusnya yang menjadi kekhawatiran kita,” katanya. Dinna menambahkan, hal ini akan membuat pencapaian konsensus dalam sebuah persoalan di ASEAN menjadi sangat sulit. Negara-negara ASEAN juga nantinya akan mengambil tindakan sendiri-sendiri. Dinna mengatakan, tampilnya Prabowo dalam berbagai acara yang bersinggungan dengan hubungan luar negeri Indonesia mengindikasikan keinginan presiden itu sebagai foreign policy president, yakni aktor utama dalam pembuatan kebijakan luar negeri. Akan tetapi, menurut dia, waktu tiga pekan sejak pelantikan belum cukup untuk memahami keinginannya langsung terjun dalam sistem politik global. ”Sejauh ini fokusnya hanya pada program,” kata Dinna.
Read more:
コメント