top of page
  • Writer's pictureSynergy Policies

Ini Analisis Pakar Soal Calon Dubes Pilihan Jokowi, Ada yang Kurang Pas?


Artikel ini dipublikasikan oleh nasional.tempo.co dengan judul "Ini Analisis Pakar Soal Calon Dubes Pilihan Jokowi, Ada yang Kurang Pas?" atau pada tautan berikut.


Menampilkan pendapat Dinna Prapto Raharja, Ph.D,

Pendiri Synergy Policies dan Dosen Bidang Ilmu Hubungan Internasional


Pakar Hubungan Internasional dari Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, menilai Presiden Joko Widodo kurang pas menempatkan beberapa nama calon duta besar atau dubes.


Zuhairi Misrawi salah satunya, calon Dubes untuk Republik Tunisia. Dinna mengatakan Presiden seharusnya menempatkan Zuhairi di salah satu dari tiga negara Timur Tengah utama. Yaitu Arab Saudi, Yordania, dan Kuwait.


Dinna mengatakan Zuhairi memiliki latar belakang pendidikan yang kuat di bidang politik Islam. "Ia juga berjejaring kuat dengan kelompok Islam di dalam dan luar negeri," kata Dinna saat dihubungi Tempo pada Sabtu, 26 Juni 2021.


Kemudian untuk Amerika Serikat, calonnya adalah Rosan Perkasa Roeslani, yang saat ini menjabat Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau Kadin Indonesia.


Menurut Dinna, negara seperti AS, sebetulnya membutuhkan duta besar yang punya pengalaman lengkap, baik dari sisi diplomatik maupun ekonomi. Sebab duta besar tak hanya harus lincah bernegosiasi masuk ke sistem politik multilateral yang rumit. Tetapi juga mesti paham ekonomi agar bisa membaca peluang investor yang bisa difasilitasi ke Indonesia.


"Sayangnya, Presiden mengecilkan AS hanya sebagai negara yang hanya perlu digarap isu perdagangannya saja. Padahal ini masa-masa kritis di mana AS di bawah Joe Biden pun berpotensi mengedepankan politik unilateral seperti Donald Trump kalau tidak kita ingatkan," ujarnya.


Politik unilateral ini, kata Dinna, bisa menyelimuti berbagai sektor mulai dari perdagangan internasional hingga terganjalnya terbentuknya negara Palestina.


Kemudian adapula nama Fadjroel Rachman, calon Dubes untuk Kazakhstan merangkap Republik Tajikistan. Bekas aktivis mahasiswa di tahun 1980-an ini merupakan juru bicara Presiden Joko Widodo pada Kabinet Indonesia Maju. Fadjroel pernah menjabat Komisaris Utama PT Adhi Karya Tbk, dan kini Komisaris di PT Waskita Karya TBK.


Dinna mengaku kurang mengenal sosok Fadjroel. "Tapi yang ditempatkan sebagai dubes di Kazakstan sebaiknya yang paham betul soal Rusia, Cina, Energy Security, dan terorisme. Saya kurang tahu tingkat pemahaman Fadjroel perihal isu-isu ini," tuturnya.

7 views0 comments
bottom of page